Diconic

Memahami Jasa Pembuatan Konten e-Learning

Berbicara soal kebutuhan elearning di perusahaan, pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua aspek yaitu, kebutuhan akan sistem dan membutuhkan konten elearning. Pada tulisan sebelumnya juga telah dibahas mengenai sistem yang digunakan dalam elearning yaitu LMS (Learning Management System).

Pada tulisan ini, kita akan akan memfokuskan untuk membahas konten dalam elearning. Berkaitan dengan konten dalam elearning, kualitas merupakan suatu hal yang penting, bagaimana tidak? Elearning diakses oleh ratusan bahkan ribuan orang dengan kemampuan, pemahaman yang berbeda. Disanalah mengapa kualitas konten elearning yang baik mutlak diperlukan, agar dapat diterima oleh semua kalangan. Sehingga, proses pemahaman akan materi tersebut dapat berjalan dengan baik. Bentuk dari konten dalam elearning itu sendiri sangat banyak. Dimulai dari bentuk PDF, microlearning video, ebook, interactive content, online quiz, dan masih banyak lagi. Dengan melihat permintaan client beberapa waktu ini, konten yang berbentuk video interaktif sangat diminati, selain karena visualisasi yang menarik, tetapi juga karena interaktifitas di dalamnya, yang secara otomatis dapat menarik perhatian user untuk menyelesaikan kursus. Namun dalam menerapkan video intraktif ini juga tidak dapat dilakukan sembarangan, dibutuhkan pengerjaan yang teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Jadi, apa yang harus kita lakukan agar konten elearning ini, tetap terjaga kualitasnya? Searah dengan apa yang kami lakukan, dalam salah satu artikel di elearningindustry.com dijabarkan beberapa tips untuk menjaga kualitas dari konten elearning, yaitu sebagai berikut:

1.     Buat agar konten relevan dengan tujuan pembelajaran.

Untuk mencapai hal ini, pertama-tama kita harus mengidentifikasi tujuan pembelajaran dari sebuah kursus. Saat bekerja dengan klien, kami akan mengidentifikasi pengetahuan apa yang harus dipelajari atau dikuasai oleh peserta didik pada akhir kursus pembelajaran. Dengan menggunakan Taksonomi Bloom sebagai panduan, kita kemudian bisa menyusun strategi terbaik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Taksonomi Bloom menjadi acuan kami untuk menyusun strategi pembelajaran dengan menyesuaikan kompleksitas konten pembelajaran yang disusun dengan latar belakang disiplin ilmu, pengetahuan serta pengalaman calon user.  Dengan demikian, kontekstualitas konten pembelajaran terbangun dan dapat membantu user untuk memahami isi konten pembelajaran dengan lebih baik lagi.

2.     Jaga isi konten ringkas

User perlu memahami apa yang mereka butuhkan untuk lulus sebuah kursus dengan nilai yang baik. Dengan keterbatasan waktu yang user miliki untuk mengakses konten pembelajaran di sela-sela rutinitas mereka, tentu menjadi priorotas utama untuk membuat sebuah materi konten e-Learning ringkas dan mudah dipahami. Seperti yang pernah dikatakan Shakespeare, “Keringkasan adalah jiwa dari kecerdasan”. Saat menulis konten, cobalah untuk menyimpan blok teks seminimal mungkin. Hadir informasi dalam kelompok-kelompok pendek, dan jika mungkin disederhanakan menjadi poin-poin agar mudah dibaca. Jargon dan istilah yang terlalu teknis juga harus dihindari.

3.     Libatkan Pengguna

Agar peserta didik tertarik dengan konten Anda, cobalah untuk membuatnya terdengar familiar. Jika konten Anda dianggap terlalu teknis, atau seolah-olah dibacakan oleh mesin, Anda berisiko untuk kehilangan perhatian dari user yang mengakses konten materi yang sudah Anda buat. eLearning dimaksudkan untuk menjadi versi yang disempurnakan secara elektronik dari apa yang akan disampaikan secara langsung oleh Trainer. Kita dapat bermain dengan kreatifitas untuk membuat konten elearning menjadi lebih menarik lagi, misal dengan menggunakan cerita, ilustrasi, games dan masih banyak lagi. Namun, jangan teralihkan dengan mencoba memaksa terlalu banyak lelucon ke konten Anda dan melupakan tujuan pembelajaran! Juga, gunakan contoh yang relevan dengan industri atau lingkungan user. Contohnya, Dalam kursus tentang keselamatan di tempat kerja, studi kasus yang disajikan akan sangat berbeda antara perusahaan konstruksi dan perbankan.

4.     Koreksi.

Konten yang penuh dengan kesalahan ejaan, kesalahan gramatikal atau informasi yang salah dapat memberikan citra buruk pada sebuah organisasi, dan dapat mengalihkan perhatian user. Lebih buruk lagi, kesalahan informasi tersebut dianggap benar oleh user dan meyakininya. Seluruh kursus yang diberikan akan sia-sia dan membiarkan peserta didik berada dalam posisi yang lebih buruk karena terbangunnya pengetahuan yang salah.

 

 

Dengan memperhatikan beberapa aspek di atas, konten elearning dapat dikatakan berkualitas. Karena, jika kita membahas mengenai elearning, jauh lebih baik ringkas dan tetap relevan dengan tujuan pembelajaran terukur, pada akhirnya akan menguntungkan pelajar. Empat poin diatas dapat menjadi acuan bagi Anda untuk memilih vendor penyedia konten e-Learning yang tepat. Anda dapat meminta portofolio elearning yang dapat diakses langsung oleh Anda dari calon vendor agar Anda dapat melakukan penilaian awal terhadap kemampuan calon Vendor tersebut dalam membuat konten e-Learning, apakah sudah memenui kriteria konten elearning yang dibutuhkan oleh perusahaan Anda.

Semoga artikel ini dapat membantu Anda untuk memilih vendor yang tepat sebagai penyedia konten e-Learning. Jika Anda berminat untuk mengakses e-Portofolio dari DICONIC anda dapat mengirimkan request melalui email di ide@diconic.co.id . Semoga kita dapat bekerja sama.