Diconic

MENGETAHUI LEBIH DALAM TENTANG JASA PEMBUATAN ELEARNING

Dewasa ini banyak perusahaan mulai menyadari e-learning adalah solusi pengembangan SDM yang dapat diperhitungkan. Tak hanya sekedar menghemat biaya pelatihan, tapi e-learning memberikan banyak manfaat lainnya seperti fleksibilitas waktu pelatihan, kemudahan akses dan kemudahan mengontrol pelatihan di dalam sebuah perusahaan. Akan tetapi, ketika sebuah perusahan baru memulai sebuah transisi dari training konvensional di dalam kelas menjadi e-learning, tentu anda akan menemui banyak kebingungan. Anda tidak perlu khawatir, artikel ini akan membantu anda memahami mengenai alur penerapan e-learning dalam sebuah perusahaan.

Dalam jasa pembuatan e-learning biasanya terdapat 2 penawaran, yaitu pembuatan konten berupa modul pembelajaran dan pembuatan web Learning Management System (LMS) sebagai wadah untuk mengakses modul e-learning. Jika perusahaan anda belum pernah mengaplikasikan e-learning, maka bisa jadi anda akan membutuhkan keduanya. Anda bisa saja membuat konten modul e-learning paling terbaik sedunia, tapi jika tidak ada user yang bisa mengakses modul elearning tersebut maka bisa jadi percuma. LMS adalah layanan berupa website yang memungkinan user untuk mengakses module e-learning yang telah dibuat. Tidak hanya sebagai wadah, LMS juga memungkinkan anda untuk mengontrol penggunaan e-learning di dalam sebuah perusahaan atau instansi. Kontrol yang dimaksud berupa laporan terhadap siapa saja yang telah mengakses e-learning, memberikan peringatan bagi yang belum mengakses, termasuk memberikan penilaian terhadap hasil tes yang dikerjakan oleh user. LMS masa kini juga didukung oleh teknologi cloud sehingga dapat diakses secara mobile melalui telepon genggam anda. Jadi konten modul e-learning yang telah dibuat dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Dengan demikian, penyerapan penggunaan e-learning diantara karyawan dapat dioptimalkan.

Ketika kita berbicara mengenai pembuatan konten e-learning. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam sebuah proyek pelatihan dengan menggunakan e-learning, seperti Subject Matter Expert, Tim Developer dan End User. Mari kita mulai dari pihak pertama yaitu Subject matter Expert (SME). SME biasanya adalah representasi dari perusahaan yaitu pengampu materi yang menguasai suatu materi tertentu yang akan dibuat menjadi sebuah konten e-learning. SME bisa jadi seorang tim ahli dari sebuah perusahaan yang memahami seluk-beluk dari sebuah konten pembelajaran yang akan disampaikan menjadi sebuah e-learning. Perlu diingat, SME bukan berarti seseorang yang ahli dalam membuat e-Learning, tapi SME adalah seorang ahli di ranah materi atau konten yang akan disampaikan. Seorang SME akan menyusun sebuah materi pelatihan berikut durasi dari sebuah pelatihan tersebut. SME juga akan mempersiapkan sebuah materi test untuk mengukur pemahaman user terhadap konten yang disampaikan. Akan tetapi, jika sebuah perusahaan tidak memiliki seorang SME makan posisi ini dapat di outsource kan kepada tim developer sebagai vendor yang akan mengerjakan konten e-learning. Maka representasi perusahaan bisa jadi dari divisi HR atau learning development yang akan bertindak sebagai project manager yang akan me- supervisi pengerjaan e-learning sampai selesai.

Ketika materi sudah disiapkan oleh SME, maka kini tugas tim developer untuk menyusun materi tersebut menjadi sebuah skenario pembelajaran. Tim developer yang bertanggung jawab untuk mengubah sebuah materi tertulis menjadi lebih hidup dan menarik dengan penggunaan animasi, grafik dan suara agar user tidak bosan ketika mempelajari materi pelatihan tersebut. Tim developer akan menerapkan strategi-strategi pembelejaran seperti games, cerita, dan skenario menarik lainnya untuk membuat pembelajaran lebih menarik lagi. Fitur-fitur tersebut di susun dalam sebuah storyboard yang bertujuan untuk memvisualisasikan hasil akhir dari sebuah module e-learning agar dapat dipahami oleh para stakeholder seperti SME dan supervisor dari pihak klien. Setelah tim developer memeroleh approval dari klien maka pengerjaan dilanjutkan pada proses alpha, yaitu pengerjaan animasi dan merealisasikan semua rencana yang ada dalam storyboard kedalam menjadi file digital dengan menggunakan software authoring tools yang kompatibel dengan platform LMS yang digunakan. Penting untuk diketahui, setiap LMS memiliki karakteristiknya masing-masing. Bisa jadi file e-learning yang bekerja dengan baik pada satu LMS tidak dapat dibaca di LMS lain. Disini fungsi dari tim developer untuk menangani masalah tersebut.

Setelah sebuah module e-learning diselesaikan oleh tim developer, maka akan ditunjuk beberapa representasi dari end-user untuk melakukan User Acceptance Test (UAT) guna mengetahui apakah modul yang telah diselesaikan dapat diterima dengan baik oleh user atau tidak. Proses ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap risiko yang muncul jika terdapat error di dalam sebuah module atau materi yang disampaikan tidak tepat untuk target user. Proses ini dapat menjadi sebuah evaluasi terhadap serangkaian proses yang telah dikerjakan dari awal.

Penting bagi anda untuk mengetahui proses pengerjaan e-learning sebelum anda memulai untuk mencari jasa pembuatan e-learning. Sungguh sangat penting untuk menemukan vendor yang tepat yang dapat mendengarkan kebutuhan anda untuk mewujudkan kebutuhan training dalam perusahaan anda. Anda dapat mempertimbangkan baik tidaknya sebuah vendor e-learning dari portofolio yang pernah mereka kerjakan dari proyek-proyek sebelumnya dan bagaimana tanggapan klien terhadap jasa yang mereka tawarkan.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu perubahan, terlebih jika perubahan tersebut mengajak anda kearah yang lebih baik. Perubahan teknologi yang masif menyeret kita untuk ikut terus berubah dan menyesuaikan diri terhadap kemajuan yang ada. Semoga artikel ini dapat membantu anda dalam memahami jasa pembuatan e-learning dan dapat memilih langkah yang tepat.

Salam Sukses