Diconic

5 Kekurangan Training di kelas yang dapat diselesaikan E-learning

Pernahkah anda menghadiri sebuah training yang diselenggarakan begitu hebat seperti, pembelajaran yang menyenangkan, banyak games yang menarik, pembicara yang begitu menginspirasi dan semua orang yang berada di dalam training terlibat dalam situasi yang begitu Fun. Mereka terinspirasi untuk melakukan suatu perubahan yang besar setelah training tersebut selesai dan menginjakkan kaki keluar dari arena training.

Akan tetapi, setelah training tersebut selesai, Anda kembali pada rutinitas normal anda, bekerja 8 jam sehari dan melakukan semua kegiatan anda seperti semula. Hingga suatu ketika, inspirasi untuk melakukan perubahan tersebut muncul kembali dan Anda menemukan kesulitan untuk mengumpulkan kembali semua informasi yang anda dapat dari training tersebut. Anda membuka kembali catatan-catatan Anda saat menghadiri pelatihan tersebut dan mengingat kembali satu per satu informasi yang anda peroleh tapi masih ada banyak lagi informasi yang terlewat, hingga akhirnya anda menyerah dan pasrah bila perubahan itu akan terjadi maka terjadilah.  Bisa jadi, Anda mengalami hal ini tidak hanya sekali, bukan?

Momen seperti diatas tentu dapat dihindari jika sebuah training telah mengaplikasikan e-learning atau mobile learning. E-learning memberikan banyak pilihan kepada peserta training untuk mengakses kembali informasi seputar training kapan saja dan dimana saja, tepat ketika informasi tersebut dibutuhkan. Adanya keterbatasan manusia untuk memanggil kembali informasi yang hanya satu kali disampaikan, membuat training di kelas mengalami beberapa hambatan. Mari kita kenali satu persatu hambatan training di kelas melalui uraian berikut.

  1. Ketersediaan di waktu yang tepat.

Program training di kelas tidak dapat diselenggarakan dalam waktu singkat, mengingat beberapa aspek perlu dipertimbangkan seperti ketersediaan trainer di waktu tersebut, tempat pelatihan, akomodasi, penginapan, dan lain lain. Kita belum berbicara berapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk menyelenggarakan training tersebut. Biaya tersebut bisa menjadi berkali lipat, bila adanya situasi mendesak dimana suatu pelatihan di kelas wajib diselenggarakan segera dalam waktu persiapan yang singkat.

Di sisi lain, E-Learning selalu bisa diakses oleh peserta training kapan saja dan dimana saja, 24 jam! Peserta training bahkan dapat mengakses e-Learning di waktu senggang mereka di rumah bersama keluarga. Tidak ada pihak yang direpotkan saat anda ingin mengakses e-Learning di tengah malam di akhir pekan. Rasanya kita perlu berterima kasih pada teknologi Cloud yang memudahkan akses e-Learning melalui smartphone anda, selama anda punya akses internet, atau anda bisa mendownload modul e-Learning yang diperlukan saat anda di kantor dan mengaksesnya dirumah.

  1. Durasi training yang panjang

Trainer biasanya telah merancang tujuan pembelajaran dalam sebuah training berikut estimasi durasi pelatihan yang baku, tidak hanya satu atau dua jam tapi bisa berlangsung sampai 2 bahkan 3 hari. Ada beberapa konsekuensi ketika kita diwajibkan menghadiri training sampai berhari-hari. Abaikan sejenak menginap di hotel dan makanan enak yang disajikan. Perlu kita ingat pekerjaan yang kita tinggal di kantor demi menghadiri pelatihan tersebut dan deadline pekerjaan yang sering tidak bisa diajak kompromi, terutama bila rutinitas pekerjaan kita berhubungan langsung dengan klien perusahaan.

E-Learning dapat memberikan solusi alternatif pada durasi pelatihan yang panjang. Materi pelatihan dapat dipecah menjadi beberapa submodule dengan durasi 15-20 menit per submodule, jadi setiap scene dalam sebuah submodule berdurasi antara 1-2 menit. Kami menyesuaikan dengan pendapat minimatters.com bahwa perhatian millenials mulai meredup pada menit ke 4 dan 5 saat menonton sebuah video.

  1. Kontekstualitas materi dan praktik di lapangan

Training di dalam kelas seringkali tidak kontekstual dengan kondisi pekerjaan peserta training. Praktik training konvensional di dalam kelas seringkali mengalami hambatan untuk mendatangkan real-life situation kepada para peserta sehingga manfaat training tidak dirasakan dengan maksimal. Bahkan untuk beberapa materi training yang bersifat hands-on activities, peserta seringkali gagal menerapkan langkah demi langkah dari sebuah prosedur yang diajarkan di kelas sesuai dengan instruksi yang diberikan. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesempatan bagi peserta kembali untuk mengulang kembali pembelajaran yang telah disampaikan.

Di lain pihak, peserta dapat mengakses materi e-Learning berulang kali kapanpun sampai mereka benar-benar paham materi yang disampaikan tersebut. Terlebih e-learning dapat menerapkan berbagai strategi penyampaian informasi, salah satunya melalui video animasi yang dapat membuat materi simulasi menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Peserta training dapat mempause atau me-replay video tersebut sampai benar-benar paham. Ada beberapa strategi pembelajaran lainnya yang dapat membantu pemahaman peserta training agar dapat memahami konten training lebih baik lagi seperti modelling, role play dan simulasi form filling, dan lain-lain. Karena pada hakikatnya setiap manusia memiliki gaya pembelajaran yang berbeda-beda, Anda dapat memilih salah satu strategi pembelajaran yang mendukung pemahaman anda lebih baik lagi.

  1. Tantangan Geografis

Trainer terbaik dimuka bumi pasti memiliki keterbatasan dalam penyampaian materi trainingnya. Bayangkan jika anda mempersiapkan satu materi training kelas untuk 17 bahasa yang berbeda, di beberapa lokasi dan zona waktu yang berbeda. Tentu trainer akan kesulitan untuk mempersiapkan materi training dan menyesuaikan diri pada situasi training yang berbeda.

Dalam elearning, perbedaan bahasa adalah sesuatu hal yang dapat diatasi dengan gampang. Peserta dapat mengubah bahasa di dalam e-learning sesuai dengan kemampuan bahasa mereka sebagai native speaker dalam suatu bahasa atau sebagai second language speaker. Tim developer dapat mempersiapkan e-learning dalam berbagai pilihan bahasa sesuai dengan kebutuhan klien.

  1. Update Konten Training

Seorang trainer tentu memerlukan waktu untuk menyusun strategi pelatihan jika terdapat update konten training yang disampaikan. Oleh karena itu, training di kelas menjadi sangat ketergantungan terhadap trainer sebagai pusat informasi.

Akan tetapi, di elearning update konten dapat menjadi sebuah kemudahan yang ekstra. Trainer dapat mengupdate materi kapan saja dan dimana saja. Materi yang ditambahkan dapat dalam format apa saja seperti pdf, e-book, video, quiz dan lain sebagainya. Trainer dan peserta pun dapat saling mengupdate informasi melalui forum diskusi yang disediakan di dalam cloud lms.

 

Jika perusahaan anda kini tengah melakukan transisi dari training di kelas ke e-learning, anda dapat bertukar pengalaman anda merasakan kemudahan tersebut pada kolom komentar. Terima kasih.

 

Terinspirasi oleh Deepa Katambur dari commlabindia.com